Fakta Terungkap: Apakah Honor of Kings Meniru ML? Ini Jawaban Lengkapnya!

Ulasan dan perbandingan gameplay HoK vs Mobile Legends.

Apakah Honor Of Kings Meniru ML
Apakah Honor Of Kings Meniru ML

Apakah Honor of Kings Meniru ML

wtobetting.com – Selama bertahun-tahun, sebuah narasi telah mengkristal di benak banyak pemain game mobile, khususnya di Asia Tenggara: Mobile Legends: Bang Bang (MLBB) adalah “tiruan” League of Legends (LoL) dan telah kalah secara hukum dari Riot Games. Cerita ini begitu sering diulang hingga dianggap sebagai kebenaran mutlak. Namun, di balik simpang siur informasi dan debat panas di media sosial, tersembunyi fakta hukum yang jauh lebih kompleks dan menarik. Benarkah pertarungan ini sesederhana itu? Dan di mana posisi Honor of Kings (HoK), raksasa MOBA asal Tiongkok, dalam pusaran kontroversi ini? Artikel ini akan mengupas tuntas jejak hukum yang sebenarnya, memisahkan antara mitos populer dan realitas yang tercatat di pengadilan.

Akar Perseteruan Hukum

Pertarungan antara Riot Games dan Moonton, developer MLBB, bukanlah sebuah pertandingan tinju satu ronde, melainkan sebuah maraton hukum yang berlangsung hampir tujuh tahun melintasi dua benua. Untuk memahaminya, kita harus melihatnya sebagai serangkaian gugatan terpisah dengan dasar hukum dan hasil yang berbeda. Narasi yang beredar sering mencampuradukkan semua gugatan ini menjadi satu cerita yang kacau.

Ulasan dan perbandingan gameplay HoK vs Mobile Legends.
Ulasan dan perbandingan gameplay HoK vs Mobile Legends.

Gugatan Awal di California

Pada Juli 2017, Riot Games mengajukan gugatan formal terhadap Moonton di Pengadilan Distrik Pusat California, AS. Riot dengan tegas menuduh Moonton melakukan pelanggaran hak cipta yang disengaja terhadap League of Legends. Tuduhan ini mencakup tiga game Moonton:

  • Magic Rush: Heroes
  • Mobile Legends: 5v5 MOBA
  • Mobile Legends: Bang Bang

Riot mengklaim bahwa Moonton meniru elemen-elemen inti seperti desain karakter, karya seni, antarmuka pengguna, dan bahkan peta permainan. Langkah ini adalah eskalasi dari laporan Riot sebelumnya kepada Google, yang memaksa Moonton untuk sementara menarik Mobile Legends: 5v5 MOBA dari Play Store dan meluncurkannya kembali dengan nama yang sedikit berbeda.

Namun, gugatan ini tidak pernah sampai ke persidangan. Pengadilan memutuskan untuk membatalkan kasus tersebut berdasarkan doktrin forum non conveniens, yang berarti pengadilan memandang bahwa kasus ini lebih tepat disidangkan di Tiongkok, mengingat kedua perusahaan memiliki koneksi kuat ke sana. Keputusan ini menghentikan gugatan pertama Riot di AS, tetapi tidak membuktikan bahwa Moonton tidak bersalah.

Analisis Strategi Hukum yang Berubah

Di sinilah cerita menjadi lebih rumit dan strategi Tencent, pemilik Riot Games, mulai terlihat. Alih-alih terus berjuang di pengadilan AS dengan gugatan hak cipta yang rumit, Tencent mengambil langkah cerdik dengan membuka front hukum baru di rumah mereka sendiri.

Baca Juga  Hero HOK yang Belum Rilis Global, Bocoran Skill Terbaru

Gugatan di Shanghai

Tencent mengajukan gugatan terpisah di Pengadilan Menengah Rakyat No. 1 Shanghai, namun dengan target dan tuduhan yang sangat berbeda. Gugatan ini tidak ditujukan kepada Moonton sebagai perusahaan, melainkan kepada CEO-nya secara pribadi, Xu Zhenhua. Tuduhan utamanya adalah pelanggaran perjanjian non-saing, karena Xu Zhenhua, mantan karyawan senior Tencent, melanggar klausul kontrak kerjanya yang melarangnya membuat produk yang bersaing langsung dengan bisnis Tencent.

Pengadilan Shanghai memutuskan demi Tencent, dan Xu Zhenhua dihukum membayar ganti rugi sekitar $2.9 juta. Ini adalah satu-satunya keputusan dalam seluruh saga hukum ini di mana pihak di balik MLBB terbukti bersalah dan harus membayar denda. Namun, penting untuk dicatat bahwa kekalahan ini karena pelanggaran kontrak kerja, bukan karena meniru League of Legends.

Mengapa Strategi Ini Signifikan?

Membuktikan pelanggaran hak cipta di tingkat internasional, terutama untuk elemen-elemen game yang bisa dikatakan “terinspirasi,” adalah proses yang subjektif dan berbelit-belit. Sebaliknya, membuktikan pelanggaran kontrak kerja di pengadilan domestik jauh lebih sederhana dan langsung. Tencent memainkan kartu yang paling mungkin membawa mereka kepada kemenangan nyata.

Dampak dan Posisi Honor of Kings yang Sebenarnya

Salah satu kesalahpahaman terbesar adalah keyakinan bahwa Honor of Kings menggugat MLBB. Faktanya, Honor of Kings tidak pernah menjadi penggugat dalam gugatan hukum apapun terhadap Moonton atau MLBB. Lalu, dari mana hubungan ini muncul?

Konteks Strategis Honor of Kings

Sebagai game MOBA mobile flagship Tencent yang mendominasi pasar Tiongkok, kesuksesan Honor of Kings paling terancam oleh popularitas MLBB di pasar internasional, termasuk Asia Tenggara. Perjanjian non-saing yang dilanggar oleh Xu Zhenhua sangat mungkin dirancang untuk melindungi kepentingan bisnis Tencent, termasuk Honor of Kings. Narasi yang lebih akurat adalah:

Tencent, pemilik League of Legends dan Honor of Kings, menggunakan pelanggaran kontrak kerja untuk menghukum CEO Moonton secara pribadi karena menciptakan pesaing langsung yang sukses bagi kedua game tersebut.

Perang Korporasi yang Lebih Besar

Pengadilan AS secara eksplisit menyebutkan bahwa konflik ini adalah perang proksi antara dua raksasa teknologi Tiongkok: Tencent (pemilik Riot Games) dan ByteDance (induk Moonton). Perseteruan ini akhirnya berakhir dengan perjanjian penyelesaian pada April 2024, di mana Riot menarik semua gugatannya yang tersisa, menandai de-eskalasi strategis.

Kronologi Sengketa Hukum

Berikut adalah ringkasan kronologi untuk melacak perjalanan hukum yang panjang ini:

TanggalPeristiwa / Tindakan HukumPihak TerlibatTuduhan UtamaHasil & Signifikansi
Juli 2017Gugatan diajukan di California, AS.Riot Games vs. MoontonPelanggaran hak cipta terhadap League of Legends.Dibatalkan (forum non conveniens). Disarankan disidangkan di Tiongkok.
2018Gugatan baru di Shanghai, Tiongkok.Tencent vs. Xu ZhenhuaPelanggaran perjanjian non-saing.Kemenangan Tencent. CEO Moonton didenda ~$2.9 juta.
Mei 2022Gugatan baru di California, AS.Riot Games vs. MoontonPelanggaran hak cipta (Wild Rift).Dibatalkan oleh pengadilan California pada November 2022.
April 2024Perjanjian Penyelesaian Ditandatangani.Riot Games & MoontonMengakhiri semua sengketa hukum.Akhir perseteruan. Riot menarik semua gugatannya.
Baca Juga  Daftar Hero Honor of Kings dan Rolenya Terlengkap 2025

Kesimpulan: Melampaui Narasi Hitam-Putih

Narasi populer bahwa “MLBB kalah hukum dari Riot/HoK” adalah penyederhanaan yang menyesatkan. Realitasnya jauh lebih bernuansa:

  • Moonton, melalui CEO-nya, kalah dalam satu gugatan di Tiongkok karena pelanggaran kontrak kerja, bukan hak cipta.
  • Semua upaya Riot Games untuk menuntut Moonton atas pelanggaran hak cipta di AS gagal karena kendala yurisdiksi.
  • Honor of Kings tidak pernah menggugat MLBB, tetapi menjadi aset strategis Tencent dalam persaingan ini.

Perseteruan ini mencerminkan dinamika kompetitif industri game modern, di mana batas antara inspirasi dan duplikasi sering samar. Menariknya, Honor of Kings sendiri pernah dituduh menjiplak desain karakter dari Onmyoji oleh NetEase pada Maret 2024, menunjukkan bahwa tuduhan plagiarisme adalah senjata umum di industri ini.

Siapa Meniru Siapa?

Jadi, apakah Honor of Kings meniru MLBB? Jawabannya adalah tidak. Kedua game ini adalah produk dari dua raksasa teknologi yang bersaing untuk pasar yang sama. Konflik hukum lebih berpusat pada persaingan antara Tencent dan Moonton (serta ByteDance), dengan League of Legends sebagai dasar gugatan awal dan Honor of Kings sebagai aset strategis yang dilindungi.

Daripada terjebak dalam debat “siapa meniru siapa”, pemain lebih baik menikmati pilihan yang ada dan membiarkan kedua game ini berinovasi dalam persaingan sehat yang menguntungkan konsumen.

Tetap update dengan berita dan analisis game mobile terbaru hanya di WTOBET