Wto Betting – Bau-bau terpuruknya Yamaha masih terus tercium meski musim baru MotoGP 2024 sudah akan menyapa.
Hasil Tes MotoGP Valencia pekan lalu pun belum menunjukkan performa menjanjikan dari YZR-M1 2024 setelah diuji Fabio Quartararo dan pembalap baru pabrikan Iwata, Alex Rins.
Quartararo memang cuma berselisih 0,7 detik dari pembalap tercepat sesi tes tersebut, Maverick Vinales (Aprilia).
Namun, El Diablo terdampar di peringkat ke-12. Ia bahkan kalah cepat dari Marc Marquez yang baru mencicipi Ducati di peringkat 4 dan Fabio Di Giannantonio yang pindah ke VR46.
Kemunduran yang dialami Yamaha sudah terjadi setidaknya dalam dua tahun terakhir.
Setelah memenangi gelar juara dunia 2021 lewat Fabio Quartararo, tim berlogo sayap tunggal itu terus mengalami penurunan.
Quartararo pun telah berulang kali mengeluhkan di mana titik kelemahan Yamaha.
Namun apa daya, Yamaha sendiri memang sedang tidak dalam fase mengembangkan mesin terutama akibat pandemi Corona.
Yang lebih buruk, penurunan performa Quartararo adalah yang paling kentara memperlihatkan ketidakberdayaan M1 dengan kompetitor lainnya.
Ini bisa dilihat dari total poin Quartararo musim ini, yang hanya mengantongi 172 poin.
Jumlah tersebut menurun 76 dari yang ia bukukan pada musim 2022. Padahal tahun ini, ada dua balapan setiap serinya, sesi Sprint dan Race. Namun dua kesempatan itu pun juga tak membantu Quartararo dan Yamaha sama sekali.
Quartararo sendiri pun mengakui secara terbuka bahwa musim 2023 adalah musim terberatnya bersama Yamaha.
“Bahkan tahun lalu saya sudah tidak berharap bisa bertarung (gelar juara dunia). Tapi tentu saja sebagai pembalap ekspektasinya sangat tinggi, dan tidak ingin menyerah dalam segala situasi.”
“Dan paruh musim pertama hingga pertengahan musim, terasa berat bagi saya karena saya tidak pernah menyangka situasi yang saya hadapi,” ucap pembalap asal Prancis itu.
Quartararo hampir tak pernah bisa berada di garda terdepan untuk bertarung memperebutkan podium. Yang ada, ia justru banyak terseok-seok di barisan tengah. Tembus 10 besar pun sudah sangat mending.
“Yang jelas finis di P10, P17 bahkan bisa P7 pun hanya kadang-kadang, saya selalu frustrasi dan tidak pernah senang dengan posisi saya.”
“Kadang cara berkendara saya sudah bagus tapi itu seperti satu-satunya potensi yang kami andalkan. Jadi ini adalah sesuatu yang harus kami terima.”
“Lalu di paruh kedua musim agak membaik, saya berusaha memberikan 100 persen. Tapi sebagai seorang pembalap, sangat sulit bagi saya di paruh pertama,” keluhnya.
Kecepatan tertinggi (top speed) masih jadi masalah klasik buat Yamaha.
Power yang kurang berimbas pada evolusi sasis. Sebab pada bagian ini, Yamaha seolah belum bisa menyeimbangkannya.
“Top speed penting karena jika Anda tidak memiliki power, maka Anda tidak dapat menggunakan Aero yang lebih besar,” jelas Quartararo.
“Ini adalah seusatu yang sangat penting, jadi ini adalah yang harus kita dapatkan kembali. Dulu di versi 2019 M1 sangat gila dan banyak membantu saya,” tukasnya.
Permasalahan yang tak kunjung menemui solusi di Yamaha bisa berimbas pada masa depan Quartararo. Jika sudah hilang rasa percaya, besar kemungkinan tim berlogo sayap tunggal itu terancam ditinggal sang pembalap andalan.
Kesulitan bersaing di tengah gempuran Ducati yang meroket, sangat memungkinkan Quartararo hengkang apalagi kontraknya akan habis pada 2024.
Jika Yamaha sampai kehilangan Quartararo, tentu itu adalah kerugian yang besar.
“Tentu saja, sebagai seorang pebalap, saya ingin kembali bersama Yamaha, untuk kembali meraih kemenangan. Kita telah berada di puncak, di titik terendah, dan saya ingin kembali ke puncak,” kata Quartararo.
“Namun masalahnya adalah kita mempunyai waktu yang sangat, sangat singkat untuk melakukannya, terutama bagi saya sendiri untuk yakin bahwa ini adalah proyek yang unggul.”
“Tentu, jika saya merasa tidak memiliki proyek unggulan dan harus pergi, tentu saja saya harus mengambil langkah itu. Tapi saya melihat Yamaha berusaha keras dan saya ingin sekali kembali ke puncak klasemen bersama mereka,” ujar Quartararo.