Wto Betting – Tokoh Pembaharuan Islam Profesor Kyai Haji (KH)Zainal Abidin mengemukakan bahwa pelajar di semua tingkatan jenjang pendidikan perlu memiliki pemahaman keagamaan yang moderat.
“Pemikiran dan pemahaman keagamaan yang moderat menjadi alternatif utama yang perlu dibangun dan dikembangkan di kalangan generasi muda sebagai upaya pencegahan dini dari virus radikalisme,” katanya pada dialog moderasi beragama di Kota Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), Sabtu .
Pada kegiatan yang dihadiri 300 siswa darikalangan pondok pesantren, madrasah, dan SLTAitu, KH ZainalAbidinmengemukakanmengemukakan satuan pendidikan perlu mengakomodir pendidikan moderasi beragama untuk membentuk siswa yang moderat secara intelektual dan perilaku
Apalagi menurut Guru Besar Pemikiran Islam Modern Universitas Islam Negeri (UIN) Datokaramaitu,radikalisme di Indonesia sudah banyak ditemukan di hampir semua lapisan masyarakat.
Catatan BNPT dan BIN, kata dia,menyebutkanmereka yang berpandangan radikal tidak hanya memasuki perguruan tinggi negeri, tetapi juga instansi pemerintah, seperti kementerian dan lembaga hingga BUMN.
Karena itu, lanjut Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulteng itu, pendidikan moderasi beragama harus dikenalkan secara dini, sehingga menjadi solusi untuk mencegah tumbuhnya radikalisme.
“Di sini terlihat jelas kelompok penganut paham radikal sudah memiliki strategi untuk terus memperkuat eksistensi mereka di semua institusi negara,” sebutnya.
Sementara berdasarkan sensus penduduk tahun 2020, generasi Z mencapai 27,94 persen dari total 270,2 juta jiwa penduduk Indonesia, sedangkan generasi millenial mencapai 25,87 persen.
“Artinya jika digabungkan maka seluruhnya 53,81 persen, lebih dari separuh jumlah penduduk. Jika mereka ini tidak segera dibentengi dari penyebaran ideologi radikalisme, maka hal itu bisa menjadi ancaman serius bagi masa depan bangsa dan negara ini,” kata ZainalAbidin.
Ia menambahkan pencegahan terhadap bahaya radikalisme harus dilakukan dari dua sisi yaitu internal dan eksternal.
Sisi internal, kata dia, yaitu penguatan imunitas moral-ideologis masyarakat sehingga memiliki daya tahan yang kuat terhadap paparan paham/pemikiran radikal. Salah satunya melalui penguatan nilai-nilai Islam wasathiyyah, wawasan kebangsaan, dan moderasi beragama.
Sementara sisi eksternal yaitu penguatan sistem pengamanan/perlindungan/pencegahan masuknya paham-paham radikalisme yang diimpor dari luar, salah satunya melalui media sosial.